Pada
sistem reproduksi wanita, cervix uteri (serviks/leher rahim)
adalah bagian bawah dari uterus (rahim) yang menghubungkanuterus (rahim)
dengan vagina.
Salah
satu fungsi penting serviks adalah memberi jalan bagi janin untuk keluar dengan
cara melunak dan melebar (tingkatan pelebaran serviks inilah yang digunakan
oleh dokter atau bidan dalam pengambilan keputusan saat proses kelahiran)
sekaligus menopang bagian-bagian tubuh janin dalam proses kelahiran.
Selain
itu, serviks juga berfungsi sebagai penghasil lendir, sebagai jalan masuknya
sperma ke dalam rahim dan digunakan untuk beberapa metode kontrasepsi.
Kanker serviks
adalah
kanker yang menyerang area serviks. Kanker serviks terjadi jika sel-sel pada
serviks tumbuh secara abnormal dan di luar kendali. Sel-sel ini tidak seketika
berubah menjadi kanker melainkan secara bertahap berkembang dari normal menjadi
pre-kanker dan akhirnya kanker.
Tahap
perkembangan ini bisa dideteksi dengan pemeriksaan pap smear atau
pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
Siapa saja yang berisiko terkena kanker serviks?
Faktanya, SETIAP WANITA BERISIKO TERKENA KANKER SERVIKS. Menurut data dari Kementerian Kesehatan :
Faktanya, SETIAP WANITA BERISIKO TERKENA KANKER SERVIKS. Menurut data dari Kementerian Kesehatan :
·
SETIAP TAHUN LEBIH DARI 15.000 KASUS kanker serviks terjadi
di Indonesia.
·
SETIAP BULAN Indonesia kehilangan 600-750 WANITA akibat
kanker serviks.
·
SETIAP HARI 20-25 DARI 40-45 WANITA Indonesia yang
terdiagnosa menderita kanker serviks MENINGGAL DUNIA.
·
SETIAP 1 JAM 1 WANITA INDONESIA MENINGGAL DUNIA AKIBAT KANKER
SERVIKS.
Berdasarkan
data tersebut, diketahui bahwa KANKER SERVIKS (masih) menjadi PENYAKIT PEMBUNUH WANITA NOMOR 1 DI INDONESIA. Tingginya kasus
kanker serviks di Indonesia membuat WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) MENEMPATKAN INDONESIA
SEBAGAI NEGARA DENGAN JUMLAH PENDERITA KANKER SERVIKS TERBANYAK DI DUNIA.
Data menunjukkan lebih dari 90% kasus kanker serviks berhubungan erat dengan infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
Penularan HPV terutama adalah melalui hubungan seksual, termasuk
hubungan seksual tanpa penetrasi dan penggunaan sex toys.
Penggunaan kondom tidak dapat mencegah penularan infeksi HPV karena kondom
tidak melindungi seluruh area genital.
Gejala penyakit tidak langsung muncul setelah HPV berhasil masuk ke dalam tubuh penderita. Butuh waktu sekitar 10-20 tahundari mulai masuknya HPV ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala dan proses ini seringkali tidak disadari oleh penderita.
Gejala penyakit tidak langsung muncul setelah HPV berhasil masuk ke dalam tubuh penderita. Butuh waktu sekitar 10-20 tahundari mulai masuknya HPV ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala dan proses ini seringkali tidak disadari oleh penderita.
Selain infeksi HPV, faktor-faktor berikut ini
juga dapat meningkatkan kejadian kasus kanker serviks
# Aktivitas seksual pertama dan hamil terlalu muda (< 16 tahun).
# Aktivitas seksual pertama dan hamil terlalu muda (< 16 tahun).
Pada saat organ-organ pada sistem reproduksi wanita sedang dalam
masa perkembangan, sebaiknya tidak 'diganggu' dulu dengan rangsangan penis,
sperma atau kehamilan karena apabila proses perkembangan ini 'terganggu' maka
sel-sel organ-organ reproduksi termasuk sel-sel serviks dapat menjadi abnormal
sehingga berpotensi menjadi sel-sel kanker.
# Aktivitas seksual dengan berganti-ganti pasangan.
# Aktivitas seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Wanita yang melakukan aktivitas seksual dengan berganti-ganti
pasangan sangat rentan terkena infeksi HPV.
# Aktivitas seksual dengan laki-laki yang tidak disirkumsisi (disunat).
# Aktivitas seksual dengan laki-laki yang tidak disirkumsisi (disunat).
Laki-laki yang tidak disirkumsisi rentan terkena infeksi HPV dan
bisa menularkannya ke pasangan seksualnya.
# Sering melahirkan (> 3 kali). Apalagi jika jarak persalinan terlalu dekat.
# Sering melahirkan (> 3 kali). Apalagi jika jarak persalinan terlalu dekat.
Hubungan langsung antara sering melahirkan dan kanker serviks
sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun banyak teori yang dijadikan
sebagai pegangan. Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan
trauma pada serviks. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin
sering pula terjadi trauma pada serviksnya. Ketika seorang wanita selesai
melahirkan, sistem reproduksinya akan memperbaiki sel-sel yang rusak dengan
sendirinya dan perbaikan ini membutuhkan waktu. Jika dalam masa perbaikan itu
sudah terjadi trauma lagi maka sel-sel yang belum sempurna diperbaiki itu akan
menjadi abnormal dan berpotensi menjadi sel-sel kanker. Selain itu, diduga
perubahan hormon yang terjadi saat masa kehamilan membuat serviks rentan
terserang infeksi HPV.
# Kebiasaan merokok.
# Kebiasaan merokok.
Penelitian menunjukkan zat-zat berbahaya dalam rokok akan merusak
sel-sel Langerhans pada serviks yang berfungsi melawan penyakit. Tidak hanya
wanita perokok aktif, wanita perokok pasif pun harus memperhatikan hal ini.
# Kebersihan dan kebiasaan seksual yang buruk.
# Kebersihan dan kebiasaan seksual yang buruk.
Hal ini berhubungan dengan penularan infeksi HPV.
# Golongan sosial ekonomi rendah.
# Golongan sosial ekonomi rendah.
Wanita-wanita golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan
terserang kanker serviks. Hal ini berhubungan dengan lingkungan hidup yang
biasanya kurang bersih atau kurang terawat dan kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan yang biasanya jauh dari gaya hidup sehat karena kurangnya atau bahkan
tidak mendapat informasi yang benar mengenai gaya hidup sehat juga mengenai
kanker serviks. Selain itu, yang paling penting adalah wanita-wanita golongan
sosial ekonomi rendah sulit untuk menjangkau layanan kesehatan yang memadai.
# Kurang mengkonsumsi buah dan sayur.
# Kurang mengkonsumsi buah dan sayur.
Buah dan sayur mengandung antioksidan yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari kanker.
# Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
# Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Kondisi ini bisa terjadi karena mengkonsumsi obat-obat tertentu,
misalnya obat-obat golongan imunosupresan atau karena menderita HIV/AIDS.
Wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah maka tubuhnya tidak mempunyai
kemampuan optimal untuk melindungi dirinya sendiri dari proses abnormal yang
terjadi dalam tubuh juga dari serangan berbagai penyakit, termasuk infeksi HPV
yang dapat menyebabkan kanker serviks.
# Riwayat kanker serviks dalam keluarga.
# Riwayat kanker serviks dalam keluarga.
Walaupun wanita-wanita dengan riwayat kanker serviks dalam
keluarga mempunyai resiko menderita kanker serviks lebih besar bukan berarti
wanita-wanita yang tidak memiliki riwayat kanker serviks dalam keluarga bisa
merasa aman dari ancaman kanker serviks. Semua wanita tanpa terkecuali harus
tetap waspada dan dianjurkan untuk melindungi diri dari kanker serviks.
Kanker serviks pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang
khas, bahkan bisa tanpa gejala. Seringkali gejala muncul
saat kanker serviks sudah memasuki stadium akhir. Gejala-gejala yang paling
sering muncul adalah :
# Perdarahan
# Perdarahan
berupa bercak yang keluar dari vagina yang muncul secara tidak
normal, yaitu perdarahan yang muncul di luar periode menstruasi, setelah
berhubungan seksual, dan atau setelah menopause. Seiring dengan makin tumbuhnya
penyakit, perdarahan ini menjadi semakin banyak jumlahnya, semakin sering
frekuensi terjadinya dan semakin lama waktu berlangsungnya sehingga dapat
menimbulkan anemia.
# Keputihan yang tidak normal.
# Keputihan yang tidak normal.
Lendir yang keluar semakin lama semakin berbau busuk akibat
infeksi dan matinya jaringan.
Ketika seseorang telah didiagnosis menderita kanker serviks maka
pengobatan harus segera dimulai untuk mencegah sel-sel kanker menyebar ke
organ-organ lain. Secara umum pengobatan kanker serviks yang dapat diberikan
bergantung pada usia dan keadaan penderita, luasnya penyebaran dan komplikasi
lain yang menyertai. Pengobatan dapat berupa pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi.
Saya pernah mendapatkan kesempatan untuk membantu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG) konsulen saya merawat pasien penderita kanker serviks stadium akhir. Pertama kali saya melihat pasien ini saya merasa tidak tega. Tubuhnya sangat kurus. Ibaratnya seperti tinggal kulit yang membungkus tulang. Kondisinya sangat lemah. Jangankan untuk bergerak, untuk menjawab pertanyaan saja dia tidak sanggup. Dari wajahnya saya bisa memahami rasa sakit yang sedang ditanggungnya. Saya masih ingat, saat itu konsulen saya berkata bahwa kanker serviks sudah menggerogoti tubuh pasien tersebut tanpa ada yang tersisa. Dengan kata lain, kanker serviks sudah menyebar ke berbagai tempat di tubuh pasien tersebut dan menimbulkan komplikasi. Mendengar hal itu, tak ada hal lain yang saya pikirkan selain anak-anaknya. Bagaimana nasib anak-anaknya nanti? Walau anak-anak itu masih memiliki ayah yang sehat dan menyayangi mereka tapi peran seorang ibu dalam rumah tangga tidak akan pernah tergantikan.
Sejak saat itu, saya bertekad untuk menyebarkan informasi mengenai kanker serviks sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya dengan menggunakan ilmu yang saya punya. Utamanya adalah agar wanita-wanita Indonesia terlindung dari kanker serviks. Selain itu, untuk meningkatkan kepedulian banyak orang terhadap kanker serviks.
Tapi kenyataannya hal itu tidak mudah. Menyadarkan orang untuk peduli terhadap kanker serviks, terutama menyadarkan wanita-wanita untuk menjalani deteksi dini dan melakukan pencegahan terhadap kanker serviks, sama sekali tidak mudah. Walaupun saya sudah menyajikan fakta-fakta tetap saja banyak wanita TIDAK tergugah untuk menjalani deteksi dini juga pencegahan. Padahal, DENGAN MELAKUKAN PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI MAKA ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN KARENA KANKER SERVIKS DAPAT DITEKAN SAMPAI LEBIH DARI 50%.
Saya pernah mendapatkan kesempatan untuk membantu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG) konsulen saya merawat pasien penderita kanker serviks stadium akhir. Pertama kali saya melihat pasien ini saya merasa tidak tega. Tubuhnya sangat kurus. Ibaratnya seperti tinggal kulit yang membungkus tulang. Kondisinya sangat lemah. Jangankan untuk bergerak, untuk menjawab pertanyaan saja dia tidak sanggup. Dari wajahnya saya bisa memahami rasa sakit yang sedang ditanggungnya. Saya masih ingat, saat itu konsulen saya berkata bahwa kanker serviks sudah menggerogoti tubuh pasien tersebut tanpa ada yang tersisa. Dengan kata lain, kanker serviks sudah menyebar ke berbagai tempat di tubuh pasien tersebut dan menimbulkan komplikasi. Mendengar hal itu, tak ada hal lain yang saya pikirkan selain anak-anaknya. Bagaimana nasib anak-anaknya nanti? Walau anak-anak itu masih memiliki ayah yang sehat dan menyayangi mereka tapi peran seorang ibu dalam rumah tangga tidak akan pernah tergantikan.
Sejak saat itu, saya bertekad untuk menyebarkan informasi mengenai kanker serviks sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya dengan menggunakan ilmu yang saya punya. Utamanya adalah agar wanita-wanita Indonesia terlindung dari kanker serviks. Selain itu, untuk meningkatkan kepedulian banyak orang terhadap kanker serviks.
Tapi kenyataannya hal itu tidak mudah. Menyadarkan orang untuk peduli terhadap kanker serviks, terutama menyadarkan wanita-wanita untuk menjalani deteksi dini dan melakukan pencegahan terhadap kanker serviks, sama sekali tidak mudah. Walaupun saya sudah menyajikan fakta-fakta tetap saja banyak wanita TIDAK tergugah untuk menjalani deteksi dini juga pencegahan. Padahal, DENGAN MELAKUKAN PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI MAKA ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN KARENA KANKER SERVIKS DAPAT DITEKAN SAMPAI LEBIH DARI 50%.
Pencegahan dilakukan dengan cara meminimalisir atau menghilangkan
faktor-faktor risiko yang sudah saya jelaskan sebelumnya, menjalani deteksi
dini dengan pemeriksaan pap smear atau pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat) yang dikombinasi dengan pemberian vaksinasi HPV.
# Vaksinasi HPV.
# Vaksinasi HPV.
Diberikan sebanyak tiga kali (bulan ke 0, 2 dan 6) agar
titer antibodi terhadap HPV cukup sehingga dapat memberikan perlindungan yang
optimal. Vaksin akan lebih efektif jika diberikan pada wanita yang
belum aktif secara seksual.
Berdasarkan anjuran IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia), usia optimal wanita untuk melakukan vaksinasi HPV adalah
usia 10 tahun. Oleh karena itu untuk kalian yang punya anak, adik, atau
keponakan wanita berusia di bawah 10 tahun, jadwalkan vaksinasi HPV saat mereka
berusia 10 tahun dan jangan lupa sebelumnya berikan penjelasan mengapa mereka harus
mendapatkan vaksinasi HPV dengan bahasa yang dapat mereka terima ;)
Lalu bagaimana dengan wanita-wanita yang usianya sudah lewat dari 10 tahun? Untuk wanita-wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual maka dapat langsung melakukan vaksinasi HPV. Untuk wanita-wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual maka sebelumnya harus melakukan screening dengan pemeriksaan pap smear atau pemeriksaan IVA.
# Pemeriksaan pap smear
Lalu bagaimana dengan wanita-wanita yang usianya sudah lewat dari 10 tahun? Untuk wanita-wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual maka dapat langsung melakukan vaksinasi HPV. Untuk wanita-wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual maka sebelumnya harus melakukan screening dengan pemeriksaan pap smear atau pemeriksaan IVA.
# Pemeriksaan pap smear
adalah
metode untuk mendeteksi sel-sel serviks yang berpotensi menjadi
kanker dengan cara mengambil sample sel dari
serviks. Sample sel kemudian dipulas ke kaca objek dan diuji
di laboratorium. Pemeriksaan Pap smearhanya dapat dilakukan pada
wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual karena salah satu prosedur
pemeriksaannya adalah memasukkan alat ke rongga vagina sehingga
akan merusak selaput dara.
Lakukan pap smear secara rutin. Untuk wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual berusia 25-49 tahun disarankan melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali. Untuk wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual berusia 50-64 tahun disarankan melakukan pap smear setiap lima tahun sekali. Saat ini pemeriksaan pap smear sudah ditanggung oleh BPJS.
# Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Lakukan pap smear secara rutin. Untuk wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual berusia 25-49 tahun disarankan melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali. Untuk wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual berusia 50-64 tahun disarankan melakukan pap smear setiap lima tahun sekali. Saat ini pemeriksaan pap smear sudah ditanggung oleh BPJS.
# Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
adalah metode
sederhana untuk mendeteksi kanker serviks dengan cara memulas serviks dengan
asam asetat 3-5%. Pemeriksaan IVA hanya dapat dilakukan pada wanita yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual karena salah satu prosedur pemeriksaannya
adalah memasukkan alat ke rongga vagina sehingga akan merusak
selaput dara.
Jika dibandingkan dengan pap smear, pemeriksaan IVA lebih mudah dilakukan (dapat dilakukan kapan saja), lebih singkat waktu pemeriksaannya (hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui saat itu juga), alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan ini sangat sederhana dan pelaksanaan pemeriksaannya tidak harus dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan (dapat dilakukan oleh bidan, perawat dan dokter umum terlatih bersertifikasi) sehingga pemeriksaan ini dapat dilakukan di pusat pelayanan kesehatan sederhana dan dapat dijangkau oleh semua wanita. Saat ini pemeriksaan IVA sudah ditanggung oleh BPJS.
Dari sekian banyak pencegahan yang dapat dilakukan, pencegahan yang paling penting adalah edukasi. Seperti yang saya bilang sebelumnya, menyadarkan wanita-wanita untuk menjalankan deteksi dini juga melakukan pencegahan sangat tidak mudah. Ada saja alasan-alasan dikemukakan yang tidak sebanding dengan ancaman yang dihadapi. Sebagai contoh :
# Alasan
takut penyakitnya ketahuan.
Namanya juga memeriksakan diri, bisa jadi ada
penyakitnya atau bisa jadi tidak ada penyakitnya. Kalau pun ada penyakitnya,
lebih baik diketahui sedini mungkin. Semakin dini suatu penyakit diketahui maka
semakin mudah dan murah untuk dibantu disembuhkan. JIKA KANKER SERVIKS DIDETEKSI
SEJAK DINI MAKA TINGKAT KEBERHASILAN PENGOBATANNYA MENJADI LEBIH TINGGI.
# Alasan
takut jarum suntik sehingga tidak mau melakukan vaksinasi.
Seharusnya lebih
takut terkena kanker serviks ya :(
# Alasan
biaya vaksinasi kanker serviks mahal.
Untuk ukuran negara berkembang seperti
Indonesia biaya vaksinasi kanker serviks memang mahal tapi saat ini sudah
banyak OBGYN (klinik kebidanan dan kandungan) juga rumah sakit yang menyediakan
paket berupa konsultasi dokter, deteksi dini dan
vaksinasi sekaligus sehingga biaya menjadi lebih murah. Lagipula, biaya
pengobatan kanker serviks sangat jauh lebih mahal. Lebih baik keluar uang untuk
vaksinasi kanker serviks atau keluar uang untuk mengobati kanker serviks?
Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya mengajak kalian semua yang membaca untuk lebih peduli terhadap kanker serviks. Saya berharap perempuan-perempuan yang membaca tulisan ini tergugah untuk memeriksakan diri dan melakukan pencegahan. Saya berharap perempuan-perempuan yang sudah memeriksakan diri dan melakukan pencegahan mau 'menularkan' semangat tersebut ke perempuan-perempuan lainnya. Saya juga berharap informasi mengenai kanker serviks ini dapat dibantu disebarkan ke setiap orang sehingga kita bisa sama-sama melindungi perempuan-perempuan Indonesia.
Mari kita sama-sama perangi kanker serviks! ;)
Salah satu klinik yang
menyediakan paket layanan konsultasi, deteksi dini dan vaksinasi kanker serviks
:
Permata Medika
Jl. Raya Tanjung Barat
No.111B, Tanjung Barat
Telepon / WA : 0856 0856
1714
Instagram : (at)mnd_clinic
Facebook : MNDClinic
Blog :
mndclinic.blogspot.com
*Sumber
informasi blog dokter PUSPITA SARI DINI http://puspitasaridini.blogspot.com/2015/05/pentingnya-pencegahan-deteksi-dini.html?m=1